Pagi yang indah, saat raga kemudian ingin segala yang cerah. Masih ingat cercaan seorang yang tidak saya kenal. Menusuk tajam seperti pisau belati, mengoyak dada yang sebelumnya baik-baik saja. Tak ada sebab, tak ada penyulut, hanya ada kedengkian yang terlebung, ada kebencian yang menggunung, dan ada kecemburuan yang susah dibedakan, apakah karena sayang ataukah karena benci yang tidak ketulungan.
Dari tragedi ini, saya belajar bahwa kita tidak mungkin membahagiakan semua orang. Akan tetap ada orang yang tidak suka, tidak nyaman, dan berseberangan dengan kita. Pilihannya kadangan cuman dua, apakah kebencian itu akan dia pendam, ataukah justru menjadi modal bagi dia untuk menyerang. Jleb! Perih!
Satu hal lagi yang perlu dipahami, bahwa di luar sana akan selalu ada mulut-mulut tidak sopan. Meski sudah berilmu dan mengetahui ilmu mendalam, tapi adab kesantunan tidak mereka miliki. Sehingga kitalah yang dituntut untuk bisa ngemong, memahami ketidakberadaban itu. Karena bisa jadi ilmu yang selama ini dia baca, dia dengarkan dan dia telan, tidak sepenuhnya dia pahami dan dia amalkan. Bermodal semangat, tapi tidak pernah menggunakan kebijaksanaan, pengetahuan yang luas dan jiwa yang sabar. Akhirnya ibarat antivirus, semua yang tidak dia kenal dia hajar begitu saja. Tanpa ampun. “Pokoknya Anda berbeda dengan saya!” Bak megaloman, berjiwa pahlawan atau sok pahlawan. Merasa paling benar dan menganggap yang lain tidak punya andil. Parah!
Ilmu yang akan membuat seseorang bijaksana. Ilmu pula yang akan membuat orang lebih paham apa yang akan diperbuatnya. Tidak grusa grusu, tidak gegabah, dan tidak asbun (asal bunyi) Maka pesan nabi kepada kita agar kita menuntut ilmu sampai kapan pun. Agar kita memiliki hikmah dalam setiap apa yang kita kerjakan.
sumber:
http://blog.burhanshadiq.com/
*Burhan Shadiq merupakan seorang penulis buku dari Indonesia. Antara buku yang ditulisnya adalah Engkau Memang Cantik dan Kerana Cinta Harus Memilih.